Pagi itu, Anna berkemas-kemas. Mengumpulkan
barang-barangnya dan dimasukkan dalam tas.
“An? Pokonya kamu harus selalu kasi kabar ke aku
lho!”, kata Devi yang membantu memasukkan buku-buku Anna. Anna hanya tersenyum.
“kalo liburan nanti, kamu harus main kerumahku”,
kata Himah.
“iya, iya...kalian tenang aja. kita kan sodara”,
jawab Anna. Mereka berpelukan.
Selesai mengemasi barang-barangnya, Anna mulai
meninggalkan kamarnya. Menjinjing sebuah tas dan yang lainnya dibawakan oleh
Devi dan Himah. Di depan asrama, Anna melihat Umi yang sedang berbincang-bincang
bersama ustadzah Mardiana dan ustadz Hilmi. Anna merasa senang. Mereka terlihat
akrab. Kawan-kawan santri juga berkumpul mengantar Anna. Ummi adalah kawan Anna
yang paling cengeng. Dia menangis. Anna hanya tersenyum menahan air mata. Dan
juga tersenyum karena ustadz Hilmi. Sedangkan Arif, hanya memperhatikannya dari
jarak yang lumayan jauh. Dia hanya sendiri. Bersandar dibalik dinding.
Anna melihat orangtuanya tersenyum lebar
kepadanya. Anna begitu lega. Anna segera mencium tangan ustadzah Mardiana dan
mengangguk pelan pada ustadz Hilmi. Begitu juga sebaliknya. Sebuah mobil sedan
tua sudah parkir didepan asrama. ayah Anna telah menunggu di dalamnya. Anna duduk di
belakang. Dan akhirnya.......pergi.