Jumat, 05 Juli 2013

2


Namaku Alice, aku seorang mahasiswi, kadang aku sering  tidak masuk kuliah, jam-jam kuliah kuhabiskan dengan menulis karya-karyaku, apa yang bisa aku perbuat? Aku tidak suka dengan jurusan yang mereka pilihkan untukku, itu tak cocok denganku, dengan keahlianku. Jadi, aku memutuskan untuk berhenti kuliah, dan menghabiskan waktuku dengan menulis sebuah karangan.
          Pagi ini cerah, aku lari pagi bersama teman kos sekamarku, namanya Lina. Di taman kami berhenti sejenak. Disekitar taman kulihat ada seorang pedagang buah, serta segerombolan anak yang ditemani ibu mereka masing-masing, berolah raga bersama, aku jadi ingat dulu, dulu saat aku juara di kelas 1 SMP, mereka semua bangga denganku, mereka tak pernah memojokkanku, hingga akhirnya prestasiku menurun, saat suatu kejadian menimpaku. Kejadian yang tak terlupakan, kepergian Kak Rizan, dia adalah Kakakku, dia yang menyemangatiku. Kak Rizan mengalami kecelakaan dan meninggal, saat kepergiannya, aku hanya terpuruk dikamar, sepi, sunyi, yang kulakukan hanya memandangi fotonya, foto yang berwarna hitam putih, foto yang sudah kusam dan berdebu. Debu itu perlahan-lahan menghapus wajahnya, hingga tak tampak seperti aslinya, seperti bukan wajahnya. Tapi aku tetap menyimpan foto yang sudah kusam itu hingga saat ini.
          Tak terasa sudah lama aku di taman, akhirnya kuputuskan untuk pulang ke rumah kos. Sesampainya di rumah kos, aku menuju kekamarku dan beristirahat, kuambil Handphone yang ada disampingku dan memesan makanan, habis lari pagi perutku terasa lapar, celengan yang kubawa isinya pun tak begitu banyak, jadi aku akan berhemat.
          Tak lama setelah aku memesan makanan, seseorang mengetuk pintu, ternyata Bu Mina, Ibu pemilik rumah kos ini, katanya ada yang ingin bertemu denganku, pasti itu tukang pengantar makanan yang aku pesan tadi, aku menemuinya, terlihat sosok perempuan separuh baya, yang tak asing bagiku berdiri menghadap keluar, dia menoleh ke arahku. Dan….
“Alice..?” ucap orang itu.
Perasaanku campur aduk, dia bukan tukang pengantar makanan itu, dia ibuku, darimana ia bisa tau kalau aku tinggal disini, aku senang bercampur luka, aku ingat saat dia membiarkan ayah membakar karya tulisku, meskipun begitu aku tetap rindu padanya kupeluknya dengan erat, rasa rindu yang kupendam selama berbulan-bulan lamanya.
          Ibu datang untuk mengajakku pulang ke rumah.
“pulanglah kerumah Alice, semua mencemaskanmu.” Katanya.
“tapi, aku tidak bisa Bu”, jawabku sambil memalingkan wajahku.
“kenapa? Kenapa tidak, ibu rindu padamu, sudah 2 bulan kau meninggalkan ibu di rumah, bahkan selama itu kau tak pernah memberitau ibu dimana keberadaanmu, semua pasti sangat senang jika kamu pulang kerumah.” Sahut ibu.
Tak sepatah katapun keluar dari mulutku, ibu menangis didepanku, sama seperti saat aku pergi, pergi meninggalkan rumah, aku tak sanggup melihat ibu menangis memohon padaku agar aku kembali. Tapi aku tidak bisa berkumpul lagi dengan ayah dan mereka yang egois, dan juga nenek yang selalu membandingkan aku dengan Santi, anak paman. Hanya karena Santi menuruti kata-katanya, aku tau Santi juga terpaksa mengikuti keinginan nenek, tapi ia berbeda denganku, Santi seperti boneka yang bisa dipermainkan, yang hidupnya digantungkan pada orang lain, tapi aku tidak!! aku berani menentang nenek, aku juga akan menuruti kata-kata nenek, tapi bukan tentang cita-cita atau pekerjaan, aku ingin menjadi apa yang aku mau, aku tidak bisa berkumpul dengan mereka.
“Alice, kamu tidak mau bertemu dengan kakek? Beberapa hari ini kakekmu sakit karena memikirkanmu”, katanya.
Ibu menangis sambil menatapku, matanya tampak sembab, Butiran air mata serasa menghapus bedak dan lipsticknya. Aku menahan air mataku agar tak keluar. Tapi air mataku tetap keluar membasahi pipiku.
“aku tidak mau pulang Bu, aku tidak mau!” aku mengucapkannya dengan lantang, air mataku menetes semakin deras, aku tak sanggup lagi menahannya.
”aku tak mau terpojokkan lagi, aku tak mau dibeda-bedakan lagi, aku akan tetap pada pendirianku Bu, aku sudah besar, aku ingin menentukan hidupku sendiri,”. Lanjutku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar